Diawali dengan niat ingin liburan bersama keluarga dan akhirnya saya dan istri sepakat untuk liburan ke Yogyakarta walaupun hal ini awalnya sempat diwacanakan sejak perjalanan dari Bandung - Jakarta via Sukabumi. Akhirnya bertepatan dengan waktu liburan akhir tahun 2012 maka kami
menyepakati untuk melakukan perjalanan darat menuju Yogyakarta dengan
menggunakan kendaraan pribadi.
Setelah kopdar kopdar dengan rekan rekan TSC tersebutlah Om Jajat yang niat untuk liburan juga dan selain itu niatnya juga mau jajal Luna
kesayangannya yang ceper dan terceper di Grup TangBin mau narsis di dataran tinggi dieng yang terkenal dengan udaranya
yang sejuk dan keindahan alamnya serta dikabarkan memiliki pemandangan Sunrise
urutan keempat terindah didunia.
28 Des - 29 Des 2012
Dimulailah perjalanan pada Jumat 28 Desember 2012 dari
Jakarta oleh Om Jajat dan Om nofri sekitar jam 08.00 WIB dan mereka tiba di
bandung sekitar pukul 11.00 dan langsung menghampiri saya yang sedang Spooring
untuk kendali yang lebih baik diperjalanan.
Berhubung masih menunggu istri dan kolega dari negeri
seberang maka untuk mengisi waktu kami bertiga memutuskan untuk pijat refleksi
sebelum berangkat hehehehe….. jadi lah kami berangkat tanggal 29 Desember 2012
DINI HARI.
Dimulai dari SPBU rancaekek pukul 01:30 WIB dengan mengisi
bahan bakar full seharga 160.000 kami memulai perjalanan menuju Yogyakarta
dengan jalur Rancaekek > Nagrek > Malangbong > Ciawi > Ciamis > Banjar > Majenang, namun 02:30 WIB jalur malangbong stuck tidak bergerak awalnya tersiar
kabar bahwa ada truk terbalik disepanjang jalur tersebut, namun ternyata
tanjakan malangbong memang diberlakukan buka tutup untuk kendaraan yang akan
melaluinya, sempat berfikir untuk memutar balik dan lewat jalur Garut namun apa
daya sudah berada di tengah antrian.
Hingga 05:30 barulah perjalanan kembali lancar dan
beristirahat di SPBU Majenang sekitar pukul 07:30 WIB. SPBU ini lumayan nyaman
untuk beristirahat karena judulnya memang Rest Area.
Rest Area Majenang
Perjalanan masih panjang, diputuskan beristirahat sekitar 30
menit cukup untuk bisa sekedar ngopi dan sarapan. Perjalanan dilanjutkan dengan
jalur Majenang > Cimanggu. Pukul 11.00 WIB tiba di SPBU
yang cukup besar di daerah Cimanggu, yang merupakan Rest Point Jambore ToyotaSoluna Community 2012, disini kami beristirahat sebentar sambil makan siang,
berhubung #erjero pun belum sarapan hingga harus 3 kali “jackpot” sepanjang
perjalanan. Memang sepanjang jalan masih terbilang kondisi jalannya layak dan
jarang berlubang, bahkan cenderung mulus namun berkelok kelok. SPBU ini
recommended untuk jadi Rest Point karena fasilitas yang lengkap dan parking
area yang cukup luas.
SPBU Cimanggu
Pukul 12.00 WIB Perjalanan pun kami lanjutkan kembali dengan
jalur Cimanggu > Wangon > Sumpiuh, Berbeda dengan kondisi jalan jalur sebelumnya jalur ini tergolong
sempit dan kondisi jalan yang banyak berlubang, sangat tidak recommended bagi
kendaraan yang tidak memiliki suspensi yang baik, bisa sakit pinggang jadinya. Sepanjang
perjalanan tersebut sempat mampir makan siang di daerah Cilacap Timur,
menikmati Bebek Goreng H.Slamet, namun overall masih lebih enak yang ada di
Cabang Bintaro deh, mampir sekitar pukul 13.30 WIB kemudian melanjutkan
perjalanan sekitar pukul 15.00, maklum kaki mulai kram dan mata mulai sepet.
Bebek Goreng H.Slamet
Hari mulai gelap sekitar pukul 17.00 dan posisi kami masih berada diantara Kebumen dan Purworejo. Setelah memastikan kondisi Luna om jajat bisa melanjutkan perjalanan, cussss….. jalur Prembun > Purworejo > Temon > Wates > Yogyakarta pun ditempuh, dari sini kondisi jalan sudah wuokeh mulus dan lebar harusnya sudah bisa akselerasi maksimal biar cepat sampai Yogyakarta, namun namanya juga Tahun Baru jadi jalur memasuki Yogyakarta cenderung ramai dan di dominasi dengan kendaraan plat nomer selain AB. Dari Purworejo sempat bertemu dengan Soluna Owner dari Club “Tetangga” TSVC, bahkan sempat beriringan jalan… sepanjang jalan dari kebumen pun banyak berpapasan dengan Soluna soluna ajib, dam dim dam dim bahkan tetot tetot pun dilakukan hehehehe……
Akhirnya Touchdown Yogyakarta…!!!!!! Pukul 20.30 WIB langsung menuju penginapan Hotel Soemarsono, total perjalanan berapa tuh ????? 19 Jam cuuuuyyyy............. Oh iya lupa, setiba di Yogyakarta kembali mengisi tanki Bahan bakar full seharga 150,000 atau 33,33 Liter..... hmmmmm 1:12 itungannya masih boros, secara dulu sempat dapet 1:16, mungkin karena perjalanan kali ini benar benar mesin non stop dikarenakan #erjero ada di mobil dan AC tidak bisa dalam posisi off.
Luna Istrahat setelah kurang lebih 19 Jam on terus at Hotel Soemarsono
30 Des 2012
Setelah Beristirahat semalaman di Hotel Soemarsono, paginya pun langsung bersiap siap untuk wisata kuliner, wisata belanja, dan wisata Candi, nggak tau yang mana kesampaian atau nggak. Hari dimulai dengan wisata ke Malioboro dan Pasar bringharjo, lokasi parkir di Alun alun utara kraton Jogja, dari sini cukup berjalan kaki melewati tugu 0 kilometer akhirnya sampai di kawasan Malioboro, nggak lama sih disini soalnya panas dan cuma belanja blangkon aja, disamping itu #erjero ngebet mau naik delman, akhirnya sewa delman menuju Istana Air Taman Sari Yogyakarta.
0 Kilometer yogya
Foto depan Gedung Agung Yogyakarta
Naik Delman dari Malioboro 60 ribu saja ke Taman Sari
All on board di delman
Istana Air Taman Sari indah juga lokasinya, dan jika dibayangkan seorang sultan punya istana seluas itu dan dipenuhi dengan selir, saat berkeliling dengan biaya Guide sekitar 30,000 rupiah sempat hujan sih namun banyak hal yang bisa dilihat termasuk masjid bawah air yang sekarang nggak bawah air lagi.
Gerbang Istana Air Taman Sari
Mata Air Istana Air Taman Sari, Katanya kalau cuci muka disini bisa memiliki aura seperti sultan, khusus yang belum aqil Baliq... heheheh
Penampakan kolam Istana
Terowongan menuju Masjid Bawah Air
Setelah hujan mengguyur Istana Tamansari, kamipun beranjak menuju AlKid atau Alun Alun Kidul yang dikenal juga sebagai Alun Alun Selatan, tempat Sultan melakukan Inspeksi Pasukan dulunya. Di lokasi ini terdapat dua buah pohon yang dikeramatkan oleh kesultanan, konon katanya bagi yang bisa berjalan melewati diantara kedua pohon ini akan dapat mewujudkan apa yang menjadi keinginannya, dan kamipun tertantang untuk mencobanya, dan walhasil nggak ada yang bisa... hahahaha,....
Dua buah pohon beringin di Alun Alun Kidul
Luna mesti narsis dong hahahahahaaayyyyy......
Dari alun alun selatan, laper mau nyari makan, tiba tiba dapat telepon dari Om Jajat yang udah kelar belanja di Malioboro juga (setelah nggak dapat per mobil buat ninggiin lunanya baca: kapok pake ceper) yasudahlah langsung aja di arahkan ke lokasi berikutnya yaitu Gudeg Bu Tjitro yang katanya terkenal wuenak, tapi maaf ya buat saya biasa biasa aja, entah karena lapar banget atau lidah dah mati rasa. Om Jajat ma Om Nofri semapat nyasar nyasar juga sih tapi bagaimanapun lambung selalu menemukan jalan, hehehehehe..........
Gudeg Bu Tjitro
Dan Hujan deras Pun menyiram kota yang dulunya pernah jadi Ibukota Republik Indonesia itu, deras sekali, sampai sampai jarak pandang tersisa mungkin hanya sekitar 5 meter dari kabin pengemudi. Dan kami pun berpisah untuk kembali ke penginapan masing masing, dalam perjalanan luna sempat masuk lubang yang besar ditengah jalan karena nggak kelihatan, wong ujan gede cuy..... walhasil balljoint oblag dan setir miring, hadeeehhhh...... sudahlah bengkel juga pada tutup, mudah mudahan tidak kenapa kenapa sampai tiba di Jakarta kembali.
Rencana jalan ke Tugu Jogja pun terpaksa Batal karena hujan, jadi mending tidoooorrrr, besok masih ada plan kemana mana.
31 Des 2012
Prambanan, yap.... hari ini plannya ke Candi Prambanan, candi yang merupaakan peninggalan dari kebudayaan agama Hindu ini masih berdiri kokoh disini, perjalanan tidak lebih dari 1 jam dari hotel tempat kami menginap, dan dimulailah acara narsis narsis dan panas panasan di kawasan candi ini.
Para wanita dan baby narsis sebelum masuk Candi
Jerry pegel jalan bapaakkk....
Eboo dan Jerry
Background Candi
Para wisatawan
Horeeeee Jerry di Prambanan
Happy Family
Eboo dan Jerry
Jerry seneng amat kayaknya
Udah tau panas yak, masih aja narsis
Oi.... ksian Om Jajat noh nguber bocah
Jerry..... candi nggak boleh dipanjat loh nak
Jerry ngerjain winnie the pooh
Asiiikkkk ketemu kuda
Naik kuda juga akhirnya
Ngasih makan rusa ma Om Jajat
Prambanan panas, dan akhirnya makan kelapa muda di exit candi
Lagi ebooooo.....
aeeemmmm.....
Kawasan candi ini memang sangat panas, secara pribadi kayaknya nggak nahan berlama lama disini, tetapi begitu meninggalkan lokasi candi dan mengarah keluar mulailah di naungi oleh rindangnya pohon dan rumput rumput hijau, disuguhi oleh alunan musik campur sari dan pertunjukan kuda lumping.
Kalau boleh sedikit konservatif, di ujung perjalanan ini ada kandang rusa dan kasuari kalo nggak salah, yang menurut saya sangat tidak proper untuk ditempatkan seperti itu, kasuari dalam kandangnya tidak memiliki teman dan posisinya dipojokan sehingga hampir tidak terlihat oleh mata pengunjung.
Perjalanan wisata candi pun berakhir di kios kios pedagang yang menawarkan kelapa muda yang segar bagi pengunjung, sambil menunggu om Nofri yang lagi membuat portofolio untuk filmnya kamipun menikmati kelapa mudanya.
Dari Prambanan, kami melanjutkan menuju Kota Klaten, rumah tante febri untuk mengunjungi keluarga, jaraknya tidak terlalu jauh dari prambanan hanya sekitar 30 menit, sambil saya memperhatikan lokasi bengkel kaki kaki buat benerin balljoint yang oblak, namun apadaya bengkel pada libur menjelang tahun baru kali ya. Sementara itu Om Jajat dan Om Nofri melanjutkan perjalanan kembali ke Jogja dalam rangka Kopdar dengan RR TSC Joglosemar.
Dari klaten ternyata kami yang duluan sampai di lokasi kopdar, sedangkan Om Jajat dan Om Nofri ternyata mampir makan dulu, hadeuuuhhh...... Om wawan sudah menunggu di lokasi kopdar Mister Burger di Jl, Jendral Sudirman Jogja. Burgernya wueeenakkkk...... om wawan thanks ya rekomendasinya.
Dari Mister burger perjalanan pun dilanjutkan ke sekitar UGM, buat makan Sego Pecel rekomendasi Om Wawan, ga tau namanya apa tapi bumbunya enak, cuma mungkin lokasinya yang tidak kondusif.
Sego Pecel di kawasan UGM
Setelah kenyang makan Sego Pecel, kamipun langsung menuju lokasi penginapan berikutnya karena di Hotel Soemarsono kami hanya booking untuk 2 malam saja. Selanjutnya menuju Wisma Martha yang berlokasi di Kotagede, dengan niat ingin jalan jalan melihat kerajinan perak, eh malah gak jadi.... haeshhhh........
Setelah beristirahat sejenak dan #erjero sempat berenang dikolam yang dingin itu, kamipun meninggalkan wisma untuk melewati malam pergantian tahun di kawasan Malioboro, namun Hujan yang mengguyur sejak sore hari tidak henti hentinya hingga subuh, walhasil malam pergantian tahun pun dilewati dengan duduk duduk ngobrol diteras wisma sampai larut ditemani oleh....
Red Label
Kantuk pun tak tertahankan, markibo..... mari kita tidur besok masih ada perjalanan yang harus di selesaikan. hehehehe....... HAPPY NEW YEAR EVERYBODY
1 Jan 2013
1 Januari, Tahun Baru dan Awal Baru bagi sebagian orang, namun kami merupakan hari baru untuk memulai perjalanan menuju Kab. Wonosobo dimana terletak kawasan Dataran Tinggi Dieng yang terkenal dengan lokasinya yang sangat dingin dan keindahan alam yang wuawww.....
Memulai perjalanan pagi hari rencananya langsung menuju Dieng, namun karena ada rencana tak terduga yaitu berbelanja Oleh Oleh Bakpia di kawasan KS. Tubun Yogyakarta
Bakpia Pathok 25 KS Tubun Jogja
Menuju KS Tubun, melewati Tugu Jogja yang rencananya akan menjadi tempat narsis kami pada malam tahun baru di jogja, namun tidak kesampaian juga. Yasudahlah siang hari pun tidak apa apa, setidaknya sempat foto di tugu jogja, hehehehehe......
Narsis dengan Background Tugu Jogja
Teteup Narsis
Walhasil, lepas dari Kawasan jajanan oleh oleh itu sekitar jam 11.00 WIB dan straight menuju Dieng, sepanjang perjalanan banyak lampu merah dan padatnya kendaraan yang meuju dan keluar dari jogja semakin menambah pula waktu tempuh kami. Wajarlah karena tanggal 1 itu hari libur sedunia, dimana dimanfaatkan orang orang untuk berlibur.
Setelah berjibaku dengan padatnya lalu lintas terutama menjelang jalan masuk ke Candi Borobudur, kami pun memutuskan untuk makan siang di warung padang menjelang kota Magelang. Sebenarnya banyak jalan menuju Dieng, dan paling banyak direkomendasikan adalah lewat Borobudur atau Samping Candi kata warga setempat, namun melihat kondisi lalu lintasnya yang tidak manusiawi maka kami memutuskan untuk lewat kota Magelang, meskipun jalur Jogja - Magelang jalanannya sangat mulus dan lebar, dalam kondisi kosong mungkin kecepatan bisa rata rata 120 km/jam.
Menjelang kota Magelang pun muacettttt minta ampun, dengan berbekal GPS GoGo 920 dan Google Maps Blackberry, jalur pintas nan extreme pun kami tempuh, tapi alhamdulillah ada SPBU jadinya sempat isi tanki lagi senilai 100,000 rupiah atau sekitar 22,22 liter, thanks god kamipun bertemu dengan jalan poros Temanggung tanpa harus melalui Kota Magelang yang sedang macet macetnya, oiya jalur tersebut diawali dengan melintas didepan Akademi Militer Magelang.
Jalur Jogja > Borobudur > Magelang > Temanggung > Kertek > Wonosobo > Dieng pun kami tempuh. Sekitar pukul 16.00 kami sudah tiba di Kab. Wonosobo, namun ternyata kawasan Dieng itu masih sekitar 40 km lagi dari Kota Wonosobo.
Akhirnya pukul 17.30 WIB kamipun tiba di kawasan Lembah Dieng, itupun belum sampai ke tempat tujuan kami, haeshhhh..... Lokasi ini merupakan pintu gerbang menuju Lembah Dieng, bayar retribusi per mobil berapa ya, lupa euy, kalo nggak salah cuma ngeluarin 10,000 rupiah untuk 2 mobil.
Tapi terpuaskanlah hasrat untuk narsis sebelum malam di kawasan Dieng sehingga bukan Hoax lagi di Grup TSC TangBin. Hahahahahah.......
Narsis Mode On
Lunanya #erjero di Dieng
Narsis dengan Luna ceper Om Jajat
Dari Lokasi ini, dimulailah jalur tanjakan nan curam, bagi kendaraan yang "tidak sehat" disarankan tidak melaluinya, dan jalur inipun rawan longsor, ada info yang beredar dari RR Wonosobo beberapa hari setelah kami kembali dari Dieng bahwa jalur menuju dieng ini Longsor dan tidak dapat dilalui oleh kendaraa besar. Namun pemandangan keindahan alam dieng sudah dapat dinikmati sepanjang jalur naik menuju Dieng.
Mount Sumbing
Akhirnya kesampaian juga nampang dengan view Gunung Sindoro
Mount Sindoro
Om Jajat Kembali narsis biar ga Hoax
Sekitar hampir satu jam kamipun tiba di Kawasan Dieng dan langsung menuju penginapan Home Stay Asri penginapan asri teletak di jalan sebelah kiri dari pertigaan,letaknya sekitar 10 meter dari pertigaan yang sudah kami hubungi sebelumnya, udara dingin langsung menyerang, jangankan untuk mandi, untuk cuci kaki pun nggak ada yang berani, hahahahah........
Parkiran Penginapan Asri Dieng
Tiba di kawasan Dieng malam hari sangat menyeramkan ditambah cuaca yang dingin dan setelah hujan, menjadikan daerah ini sangat sepi. Untuk mencari warung makan 24 jam sangat susah, jadi sebaiknya segeralah makan malam selagi masih ada warung yang buka.
Untuk menghabiskan malam kamipun berbincang bincang sambil bersantai di depan perapian dan televisi yang disiapkan oleh penginapan, suasana pun menjadi lebih hangat dengan Red Label yang masih bersisa dari semalam.
Depan Perapian
Ga mau diem digendong bapak....
Makan Nasgor sama Eboo..
Btw, #erjero kayaknya ga ngaruh tuh dengan dinginnya hawa dieng, soalnya teteup pecicilan dan aktif bergerak selama disana. Ebaddd anak bapaaakkk.....
Penginapan Asri memberikan tarif 80 ribu per kamar untuk kamar mandi luar dan 130 ribu rupiah untuk kamar mandi dalam, dan setiap kamar bisa diisi oleh 2 orang, lumayan lah daripada tidur di emperan jalan dieng, kebayang bisa mati beku paginya. Kebayang pula Om Jajat dan Om Nofri yang selimutan berdua di kamar sebelah.... auuuuuhhh mesranyaaa..
2 Jan 2013
Rencana awalnya adalah niat menikmati sunrise di Dieng, namun mendengar penjelasan penjaga penginapan bahwa harus berangkat jam 4 subuh ditambah tracking sekitar 45 menit, Om Nofri langsung mundur teratur padahal saya ngebet mau berangkat, tapi yasudahlah berhubung besoknya juga harus menyimpan tenaga untuk lanjut ke Jakarta niat untuk memotret sunrise terpaksa diurungkan.
Akhirnya dengan budget 100 ribu untuk menyewa Guide, berangkatlan kami menjelajahi kawasan wisata dieng yang ada di kawasan Dieng 1 (Telaga Warna, Dieng Plateau Theatre, Kawah Sikidang, dan Kawasan Candi Arjuna), dengan tiket terusan kita dapat mengunjungi tempat tempat tersebut tanpa harus bayar satu persatu tiap memasuki lokasi.
Dimulai dengan Telaga Warna, kabarnya telaga ini dapat berubah warna sebanyak 3 warna (Merah, Kuning, dan Hijau), saat kami tiba warna yang tampak adalah warna hijau. Namun yang menarik adalah kawasan sekitar telaga warna dimana terdapat beberapa gua yang konon kabarnya digunakan sebagai tempat semedi atau bertapa para leluhur, bahkan dimasa sekarang pun masih digunakan. Konon kabarnya salah satu mantan Presiden Indonesia pun sering ke tempat ini untuk melakukan ritual semedi di salah satu gua ini.
Parkiran Telaga Warna, lumayan sempit dan mungkin agak susah bermanuver
Gerbang Telaga Warna
Rest Point telaga warna
Om nofri salah muter jalannya oi..... maklumlah fotografer nyari spot
Turun dari Goa Semar
Demen banget ma patung semar
Background Gua Semar
Diatas Goa Semar
Ngeri jatoh trus jerry kecebur
Jerry dan Eboo
Spot telaga Warna
Awas jatoh mas Jajat
Telaga Warna
Depan Gua Sumur, konon katanya tempat semedi salah satu Mantan Presiden
Perjalanan menuju gua di kawasan telaga warna
Ngeri ambruk woooyyy.....
Background Telaga Warna
Narsis depan Goa Pengantin, ngarep dapet Jodoh nih Om Jajat
Ga Mau Turun dari patung Semar
Dari Telaga warna, kami melanjutkan perjalanan menuju Dieng Plateau Theatre, di tempat ini bisa menyaksikan film mengenai kawasan Dieng, jadi bisa tau sejarah dan apa saja yang ada di kawasan dieng ini, murah kok 4,000 rupiah per orang.
Sambil menunggu pemutaran film, kita bisa berjalan tracking sekitar 10 menit menuju punjak bukit untuk narsis dan foto foto telaga warna dari ketinggian. Dari tempaat ini sayapun takjub melihat indahnya telaga warna yang sementara terselimuti kabut yang perlahan lahan menutupi telaga, seakan akan tidak ingin Om Nofri untuk bisa mengabadikan pemandangan itu dengan kameranya.
Tracking menuju puncak bukit
Masih semangatttt....
Om Nofri siap mengabadikan
Eboo dan Jerry ga mau kalah exist
Pemandangan dengan view Telaga warna dari puncak
Jerry ma bapak exist juga dong
Duduk duduk di puncak bukit ma bapak
Setelah kembali dari puncak bukit dekat DPT, ternyata film nya belum mulai juga, dan jadilah nongkrong di salah satu warung yang menjual beberapa jajanan seperti Gorengan kentang dimana dieng terkenal sebagai penghasil kentang, dan Jamur dieng yang terkenal. Bukan hanya itu sambil ngopi ngopi kami pun ditawarkan buah Carica Dieng yang sudah dikemas alias manisan Carica, rasanya bagaimana ??? ya tidak mungkin ditulis dong, jadi segeralah menuju dieng untuk mencobanya, yang jelas rasanya manis dan segar dan khas dieng.
Lagi enak enaknya menikmati Carica eh ternyata pertunjukan film di DPT sudah mulai, akhirnya dengan bergegas kamipun menuju theatre yang berkapasitas 100 orang itu untuk menikmati film dokumenter mengenai Dieng yang berdurasi 23 menit itu.
Cukup puas dan cukup menambah ilmu juga film tersebut, setidaknya tidak semata mata dingin dan foto foto saja yang didapatkan dari dieng, sejarah dan pengetahuan mengenai kondisi alamnya pun dapat.
Tetap Narsis Depan DPT
Lunanya #erjero narsis juga
Luna Ceper
Foto Bersama depan Theater
Dieng Plateau Theatre
Dari DPT, kamipun melanjutkan perjalanan menuju Kawah Sikidang yang disana terdapat kawah lumpur yang katanya bisa berpindah pindah.
Ternyata perjalanan menuju kawah ini tidak sampai 10 menit dari DPT. begitu sampai di parkiran kawah Sikidang, aroma belerang langsung menyerang hidung. Sangat menyengat dengan bau khas nya. Hal ini menjadikan penduduk lokal berinisiatif menjual masker untuk mengurangi sengatan bau belerang tersebut. Beruntung saya selalu siap masker dalam kotak P3K di mobil jadinya tidak perlu mengeluarkan uang sekitar 5.000 rupiah untuk 3 buah masker.
Dalam perjalanan menuju kawah yang terbesar, terlihatlah beberapa kawah kecil sebesar mangkok bakso yang di dalamnya terlihat lumpur gelap yang mendidih didih, hal ini nantinya cikal bakal terbentuknya kawah yang besar. Beberapa langkah dari kawah kecil tersebut ada lagi sebuah lubang sebesar lubang tikus, namun dari lubang itu terdengar suara angin panas yang mendesak keluar seperti teko pemanas air yang ada di rumah, kebayang aja apabila dari dalam tiba tiba menyembur lumpur panas.
Menuju kawah besar agak jauh sekitar 200 meter dengan kontur jalan naik turun. Sebenarnya bisa dengan menggunakan kuda yang disewakan 40.000 rupiah sekali naik namun kami memutuskan untuk berjalan kaki saja sambil narsis ria.
Ternyata perjalanan menuju kawah ini tidak sampai 10 menit dari DPT. begitu sampai di parkiran kawah Sikidang, aroma belerang langsung menyerang hidung. Sangat menyengat dengan bau khas nya. Hal ini menjadikan penduduk lokal berinisiatif menjual masker untuk mengurangi sengatan bau belerang tersebut. Beruntung saya selalu siap masker dalam kotak P3K di mobil jadinya tidak perlu mengeluarkan uang sekitar 5.000 rupiah untuk 3 buah masker.
Dalam perjalanan menuju kawah yang terbesar, terlihatlah beberapa kawah kecil sebesar mangkok bakso yang di dalamnya terlihat lumpur gelap yang mendidih didih, hal ini nantinya cikal bakal terbentuknya kawah yang besar. Beberapa langkah dari kawah kecil tersebut ada lagi sebuah lubang sebesar lubang tikus, namun dari lubang itu terdengar suara angin panas yang mendesak keluar seperti teko pemanas air yang ada di rumah, kebayang aja apabila dari dalam tiba tiba menyembur lumpur panas.
Menuju kawah besar agak jauh sekitar 200 meter dengan kontur jalan naik turun. Sebenarnya bisa dengan menggunakan kuda yang disewakan 40.000 rupiah sekali naik namun kami memutuskan untuk berjalan kaki saja sambil narsis ria.
Meninjau kawah selayaknya anggota dewan nih Om Jajat
Narsis mamen.....
Mortal Combat, Street fighter, atau Tekken 3 nih ?????
Ga dimana mana Om Nofri kerjanya jongkok mulu deh, ga salah dijuluki Beserman
Tepi Kawah besar
Miring Mamen
Mangstabbbb
Di kawasan Kawah Sikidang ini #erjero sempat foto foto dengan kuda dong... heheheh, akhirnya naik kuda juga di Dieng. Mungkin perlu dicatat bahwa dalam perjalanan Jogja - Dieng ini #erjero paling banyak liat kuda dan menjadi semakin terobsesi dengan kuda, hehehehe........ Semoga kamu Kuat dan selalu Semangat seperti kekuatan dan semangat yang dimiliki kuda kuda itu ya nak. Aaaaamieeennn....
eeehhh.... Perlu dicatat juga sepanjang perjalanan dari Jogja - Dieng penyakit BESER Om Nofri semakin menjadi jadi, salah satu hal yang membuat kami lama di perjalanan ya kasus Beserman ini, hahahaha.... pissss om.
Lokasi terakhir yang kami kunjungi yaitu kawasan Candi Arjuna, dipercaya sebagai tempat bersemayam para dewa dewa, candi candi yang ada di dataran tinggi dieng ini masih terjaga dengan baik, mengingat usianya yang mungkin cuma beda beberapa bulan dengan Om Jajat dan Om Nofri... upsss.... hahahaha.
Kemana mana kamera dibawa, bini mana om ?????? kabooorrrr.....
Hujan menghalangi untuk menikmati kawasan candi ini
Masih Ujan
Kalo ga salah ini Candi Arjuna
Nah tuh di belakan Guidenya namanya Mas Rizal
Ini kalo ga salah namanya Candi Srikandi
Blur euy gimana sih Om Jajat motretnya
Depan Candi Semar
Nah ini semarnya..... eeehhhh candi Hanoman.... eeeehhhh.... Om Nofri
Maksudnya foto dari belakang apa yah
Hehehehehe......
Jerry kalo ketemu payung ga mau dilepas deh
Ini depan Candi apa ya
Wisatawan Jepang nih
Tante Febri ikutan narsis
Akhirnya selesai sudah Wisata Dieng ini, lega dan puas sekali rasanya. Namun kegembiraan belum bisa dinikmati sepenuhnya karena masih ada 500 km lebih menunggu dihadapan kami. Sekitar Pukul 14.00 WIB kamipun meninggalkan kawasan Dieng yang indah itu. Kembali melalui jalur turunan terjal dan licin akhirnya #erjero pun jackpot sekali lagi, sekali lagi karena belum sarapan, nanti makan nasi di Wonosobo ya naaakkk......
Setibanya di Wonosobo kamipun bertemu dengan beberapa RR TSC yang ada di chapter Wonosobo. Dari awalnya cuma bertemu satu orang dan akhirnya berkumpullah 3 Luna Wonosobo ditambah 2 Luna dari Jakarta.
Ngopi ngopi di tempat futsal apaaa namanya ya, yang jelas disana kami berkopdar ria dengan Om Gunawan, Om Reza, Om Shendy, Om Jajat, Om Nofri dan saya sendiri, indahnya Brotherhood Toyota Soluna Community. Oh iya sebelum kopdar ini kami sempat makan siang di sebuah warung rekomendasi om Shendy, menunya sih judulnya ayam kecap, namun ternyata jadinyaaa ?????? Cabe di kasih ayam kayaknya, tapi overall habis juga hehehehe, enak kok, menu porsi mi gorengnya pun sepertinya untuk Hulk tuh, banyak banget cuuuyyy, tapi eboo dan erjero abisin juga tuh, hehehehe.
Tepat Pukul 18.00 Kami pun meninggalkan Kota Wonosobo menuju bandung ditandai dengan pengisian Bahan bakar 100,000 rupiah atau sekitar 22,22 liter bensin, jalur yang kami tempuh pun ditemani oleh hujan deras sepanjang jalan sampai Nagrek.
Sempat terjadi beberapa insiden di perjalanan yang bisa dikatakan sangat NOT RECOMENDED apabila menuju Wonosobo, tapi apadaya itu jalur tercepat. Lubang di sepanjang jalan, kendaraan pun tergolong ramai, menjadikan setiap pengemudi harus extra hati hati melewati jalur ini apalagi dalam kondisi hujan. Pelat nomer om jajat lepas depan belakang dan dinamo wiper lunanya #erjero matot, namun untungnya sudah sekitaran nagrek dan hujanpun sudah mulai reda.
Total jumlah perjalanan pun pas 12 jam karena saat memasuki kota Bandung jam di Head Unit Pioneer di Lunanya #erjero menunjukkan 06:00.
akhirnya sayapun beristirahat dan langsung beraktifitas di Bandung, sedangkan Eboo, #erjero, tante febri, si Indihe, Om Jajat, dan Om Nofri lanjut menuju Jakarta yang masih sekitar 4 jam lagi, hehehe..... Happy Driving guys.
Vokoke seru deh road trip ini, next akan di agendakan Jakarta - Bali kali yah. hahahahaha......... harus dong.
Total Biaya bahan Bakar : 510,000 rupiah
Total liter bahan bakar : 113,333 liter
Total Kilometer : 1.095 km
Total waktu dijalan : Bandung - Jogja (19 Jam) Jogja - Dieng (11 Jam) Dieng - Bandung (14 Jam) ditambah waktu jalan di setiap kota, itung sendiri dah.
Total waktu Mesin On : Sepanjang jalan dan sepanjang berhenti selain Hotel, belanja dan tempat makan, macet pun On.
Overall perjalanan ini melalui jalur Bandung > Rancaekek > Nagrek > Malangbong > Ciawi > Ciamis > Banjar > Majenang > Cimanggu > Wangon > Sumpiuh > Kebumen > Prembun > Purworejo > Temon > Wates > Yogyakarta > Borobudur > Magelang > Temanggung > Kertek > Wonosobo > Dieng > Wonosobo > Banjarnegara > Banyumas > Wangon > Cimanggu > Majenang > Banjar > Ciamis > Ciawi > Malangbong > Nagrek > Rancaekek > Bandung
mari #RoadTrip lagih.. hmmm, Bali dulu apa Sumatra dulu nih..
BalasHapus